Masjhoedoelhaq “Sang Pembela Kebenaran” (KH. Agus Salim)
Tak terasa kita sebentar lagi merayakan kemerdekaan Republik Indonesia ke 78. Semoga Indonesia selalu diberkahi oleh Allah SWT.
Masjhoedoelhaq adalah nama lahir dari KH. Agus Salim yang berarti “Sang pembela kebenaran”. Beliau merupakan tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebagai warga Muhammadiyah tentunya kita tidak asing dengan nama beliau. Selain sebagai tokoh islam yang memperjuangkan kemerdekaan RI, beliau juga merupakan salah satu tokoh Muhammadiyah. Beliau adalah pemberani yang membawa diplomasi NKRI.
Dalam jurnal Diplomasi RI di Mesir dan Negara-Negara Arab pada tahun 1947 (2007) karya Suranta Abd. Rahman, pemerintah Indonesia menunjuk Agus Salim sebagai ketua dalam misi diplomatik Indonesia ke negara-negara Arab pada bulan April-Juli 1947. Misi diplomatik Indonesia di negara-negara Arab bertujuan untuk menghimpun pengakuan kemerdekaan dari negara-negara Arab untuk Indonesia. Selain itu, Indonesia juga memiliki kepentingan untuk menjalin hubungan baik dengan negara-negara Arab demi menghadapi sidang Dewan Keamanan PBB pada bulan Agustus 1947. Pada perkembangannya, Agus Salim berhasil memimpin tim delegasi Indonesia untuk mendapatkan pengakuan kemerdekaan dari negara Mesir, Suriah, Lebanon, Arab Saudi, dan Yaman. Keberhasilan misi diplomatik Indonesia di negara-negara Arab tidak terlepas dari kemampuan penguasaan bahasa Arab serta keahlian argumentasi Agus Salim.
Kisah lain pernah diungkap oleh Jef Last, penulis Belanda yang berkenalan dengan Haji Agus Salim ketika Agus Salim menemui tokoh SDAP PJ Troelstra di Belanda pada 1930. Cerita Jef Last ini dimuat dalam buku Seratus Tahun Haji Agus Salim terbitan Sinar Harapan.
Jef Last mengutip cerita Sutan Sjahrir kepadanya. “Kami sekelompok besar pemuda, bersama-sama mendatangi rapat di mana Pak Salim akan berpidato dengan maksud mengacaukan pertemuan itu. Pada waktu itu Pak Salim telah berjanggut kambing yang terkenal itu dan setiap kalimat yang diucapkan Pak Haji disahut oleh kami dengan mengembik yang dilakukan bersama-sama. Setelah ketiga kalinya kami menyahut dengan “me, me, me” (mbek), maka Pak Salim mengangkat tangannya seraya berkata.
“Tunggu sebentar. Bagi saya sungguh suatu hal yang sangat menyenangkan bahwa kambing-kambing pun telah mendatangi ruangan ini untuk mendengarkan pidato saya. Hanya sayang sekali bahwa mereka kurang mengerti bahasa manusia sehingga mereka menyela dengan cara yang kurang pantas. Jadi saya sarankan agar untuk sementara tinggalkan ruangan ini untuk sekadar makan rumput di lapangan. Sesudah pidato saya ini yang ditujukan kepada manusia selesai, mereka akan dipersilakan masuk kembali dan saya akan berpidato dalam bahasa kambing khusus untuk mereka. Karena di dalam agama Islam, bagi kambing pun ada amanatnya dan saya menguasai banyak bahasa.”
Begitulah Haji Agus Salim. Banyak orang menyebutnya sangat cerdas karena mampu menguasai 15 bahasa, akan tetapi beliau juga merupakan tokoh yang jenaka.
Selain membuat resume coba kalian cari tahu pelajaran apa yang dapat kalian petik dari KH. Agus Salim dan pelajaran apa yang dapat kalian petik dari apa dialami beliau! Merdeka!