TEKAD SANG PAHLAWAN EMANSIPASI WANITA Oleh: Afit Setyarahmawati S.Pd.
Raden Ajeng Kartini atau sering dikenal sebagai R.A Kartini, merupakan seorang perempuan keturunan bangsawan Jawa dari pasangan Raden Mas Ario Sosroningrat dan M.A.Ngasirah. Lahir pada tanggal 21 April 1879 di Jepara. Pada tanggal 2 Mei 1964 Presiden pertama Republik Indonesia yaitu Presiden Soekarno, mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 tahun 1964 yang isinya secara garis besar yaitu menetapkan R.A Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional serta menetapkan secara resmi bahwa hari lahir R.A Kartini yaitu tanggal 21 April diperingati setiap tahun sebagai hari besar nasional yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini. Peringatan tersebut didasari untuk mengenang besarnya jasa R.A Kartini kepada Bangsa Indonesia terutama untuk kaum wanita. Selain diabadikan sebagai salah satu Pahlawan Nasional di Indonesia, namanya juga dijadikan sebagai lagu nasional yang diciptakan oleh WR Supratman yang kemudian dinyanyikan setiap tanggal 21 April pada upacara memperingati Hari Kartini (Siany,2019:35). Perayaan Hari Kartini biasanya identik dilakukan dengan menggunakan pakaian kebaya dan pakaian adat masing-masing daerah sebagai perwujudan dari rasa persatuan Indonesian dan semboyan Bhineka Tunggal Ika.
R.A Kartini dikenal sebagai pembela nasib Bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda yang mengusahakan persamaan derajat antara laki-laki dan perempuan dengan memajukan hak mereka dalam mengenyam pendidikan tanpa memandang alasan apapun. Pendidikan dianggapnya sebagai alat pembebas dan alat yang bisa memerdekakan bangsanya (Siany,2019:36). R.A Kartini mengenyam pendidikan di ELS (Europese Lagere School) sampai usia 12 tahun, selama di sekolah itu beliau belajar Bahasa Belanda. Sesuai adat Jawa, setelah mencapai usia 12 tahun, para wanita tidak diperbolehkan untuk melanjutkan pendidikannya serta harus bersedia dipingit menunggu waktu untuk dinikahkan. Oleh karena itu walaupun orang tua R.A Kartini memiliki pemikiran yang maju, mereka menghormati adat istiadat yang berlaku di masyarakatnya, sehingga dengan demikian pendidikan R.A Kartini tidak dapat dilanjutkan yaitu hanya sampai usia 12 tahun.
Selama dipingit, beliau menggunakan kemampuan berbahasa Belandanya untuk menulis surat kepada teman-temannya yang berasal dari Belanda, salah satu temannya adalah Rosa Abendanon yang mendukung pemikiran R.A Kartini mengenai kedudukan wanita jawa yang masih dianggap sebelah mata. Surat-surat yang dibuat Kartini kemudian dikumpulkan dan dibukukan oleh JH Abendanon, dengan judul Door Duisternis tot Licht. Buku tersebut telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Armin Pane dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang (Sudrajat,2013:60). Berawal dari surat-menyurat inilah RA Kartini tertarik dengan pola pikir perempuan Eropa, sehingga beliau mulai memiliki keinginan untuk memajukan perempuan Indonesia yang saat itu masih terbatas akses dalam berbagai hal. Bagi beliau seorang wanita harus mendapatkan persamaan, kebebasan, dan otonomi serta kesetaraan hukum.Usaha yang dilakukan oleh Kartini dalam memperjuangkan hak kesamaan seorang wanita yaitu dengan hak dalam memperoleh pendidikan (Sudrajat,2013:63). Beliau kemudian secara diam-diam menjadi guru bagi teman-teman sebayanya dengan mengajari mereka membaca, menulis, berhitung dan ketrampilan yang biasanya hanya bisa diperoleh oleh kaum laki-laki. Perjuangan dan tekad R.A Kartini telah membuahkan hasil, yaitu dibuktikan dengan berkembangnya sekolah-sekolah untuk wanita, namun selang beberapa waktu Beliau sakit dan wafat setelah melahirkan putra pertamanya pada tanggal 17 September 1904.
Mengingat perjuangan R.A Kartini yang mengedepankan pendidikan sebagai suatu hal yang sangat penting, maka diharapkan generasi saat ini dapat meneruskan perjuangan dan cita-cita R.A Kartini dengan cara-cara yang positif, salah satunya dengan mengembangkan diri menjadi pribadi yang berpendidikan. Sebagai seorang pelajar hal itu dapat dilakukan dengan belajar secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab agar mampu mengangkat derajat dan martabat Bangsa Indonesia.
Sumber :
Sudrajat.2013. Kartini: Perjuangan Dan Pemikirannya.Jurnal Mozaik:Kajian Ilmu Sejarah.55-
69.5(2). Diperoleh dari : https://journal.uny.ac.id/index.php/mozaik/article/view/4489
Siany.2019. Kartini dan Potret Perempuan Indonesia Masa Kini. Jurnal Habitus:Pendidikan Sosiologi dan Antropologi. 33-40.3(1).Diperoleh dari: https://jurnal.uns.ac.id/habitus/article/view/31940