Siang dan Malam oleh : Sofin Azizah, S.Pd.

Secara fisik proses terjadinya pergantian siang dan malam karena bumi berputar pada porosnya. Ketika bumi menghadap ke matahari, maka bagian permukaan bumi tersebut mengalami siang hari. Sedangkan bagian bumi yang tidak terkena matahari, maka terjadi malam hari.
Pada ayat-ayat Allah juga dijelaskan adanya pergantian siang dan malam, yaitu pada surah Al Imran ayat 190 dan An-Nur ayat 44.
إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍۢ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ ﴿ە۱۹﴾
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Al Imran :190)
“Allah mempergantikam malam dan siang. Sungguh pada yang demikian itu, pasti terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan (yang tajam).”(QS. An-Nur : 44).
Bagi orang-orang yang berfikir tentang penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam terdapat manfaat dibalik itu. Allah telah merencanakan semuanya untuk makhluk-makhluk-Nya. Seandainya hanya ada malam saja. Bagaimana tumbuhan dapat mendapatkan makanannya jika tidak ada cahaya matahari. Bagaimana hewan dan manusia bernafas jika tidak ada oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis tumbuhan.
Jika hanya ada siang hari, maka akan panas sepanjang hari. Makhluk hidup akan merasakan kepanasan. Tidak hanya makhluk hidup tetapi lingkunganpun ikut terganggu. Tanah menjadi tandus. Sumber air menjadi kering. Ada malam saja, ketika terjadi kemarau panjang di daerah hutan terjadi kebakaran.
Hal yang tidak kalah penting adalah adanya peristiwa malam dan siang yang saling berganti, berarti ada proses pergantian. Dan proses pergantian tersebut berkaitan dengan rotasi Bumi. Rotasi pada bumi ini memiliki kemiringan sumbu rotasi. Kemiringan ini dihitung dari perpotongan bidang ekuatorial bumi dan bidang orbit bumi terhadap matahari.
Kemiringan sumbu rotasi mengakibatkan bagian bumi tidak semua sama mengalami siang dan malam. Bagi orang yang hidup di daerah ekuator, ia akan mengalami siang 12 jam, malam 12 jam. Sedangkan beberapa daerah yang tidak di ekuator, memiliki lamanya siang atau malam yang berbeda.
Selain hal di atas, akibat rotasi bumi yaitu perbedaan lamanya siang dan malam di setiap wilayah. Penjelasan ilmiah, hal ini terjadi karena kutub utara bumi lebih condong ke matahari dan kutub selatan menjauh dari matahari, maka daerah di BBU (Belahan Bumi Utara) mengalami siang lebih lama daripada malamnya. Sedangkan di BBS (Belahan Bumi Selatan) mengalami malam lebih lama daripada siangnya.
Allah menciptakan siang dan malam sebagai kestabilan pada alam semesta ini. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-an’am : 96 dan Al-Qasas :73.
“Dia menyisingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketetapan Allah Yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui” (QS. Al-an’am : 96)
“Dan adalah karena rahmat-Nya. Dia jadikan untukmu malam dan siang, agar kamu mencari sebagian karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.” (QS. Al-Qasas : 73)
Pada surah di atas terdapat makna tersirat yaitu matahari dan bulan sebagai perhitungannya. Dalam perhitungan ini, bisa diartikan manusia mempunyai potensi untuk melakukan perhitungan / teori numerik untuk menguasai konsep waktu termasuk kalender baik untuk ibadah dan kehidupan sehari-hari. Dalam hal mencari karunia-Nya bila diartikan, bekerja atau melakukan aktivitas, manusia secara panca indera dianugerahi untuk peka terhadap siang hari. Pada malam hari, dibutuhkan cahaya yang kuat, bila tidak ada, maka harus melihat dengan inframerah atau mendengar dengan radar. Ini tidak dimiliki oleh manusia. Beda dengan kelelawar atau makhluk malam lainnya. Yang mampu melihat dikegelapan tanpa adanya cahaya.
Allah telah memperhitungkan semuanya untuk kehidupan. Sebagaiamana QS. Al-Qamar ayat 49 yang menjelaskan bahwa segala sesuatu menurut ukuran.
”Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”.
(Al Qamar: 49)
Segala sesuatu sudah memiliki ukurannya, sebagaimana dalam hal ini dapat dilakukan pengukuran. Salah satunya dalam mengukur waktu hilal. Hilal adalah terlihatnya anak bulan untuk mengetahui garis permulaan bulan dalam Islam. Metode perhitungan untuk menentukan tanggalan (termasuk awal dan akhir bulan) Hijrah disebut hisab. Hal ini juga terdapat dalam QS Yunus ayat 5.
“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” (QS.Yunus:5)
Surah di atas menjelaskan bahwa Allah telah menciptakan matahari dan bulan yang terletak pada orbitnya masing-masing. Matahari dan bulan dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu ibadah umat Isam. Hal ini dapat dilakukan dengan metode hisab. Perhitungan atau hisab yang dilakukan sudah menggunakan alat-alat astronomi yang canggih dengan melakukan perhitungan-perhitungan pada gerak-gerak yang dilakukan matahari, bumi, dan bulan.